Minggu, 06 Desember 2015

Lamunan Gadis Pinggir Sungai




    Suara gemericik air yang beradu dengan hembusan angin dari sela pohon-pohon dipinggir hutan membuat suasana semakin nyaman untuk memejamkan mata. Si sebuah batu besar di tepian sungai terdapat sesosok wanita muda yang berbaring di atas batu melihat ke arah langit biru yang dihiasi gumpalan-gumpalan awan putih yang tak bernoda. Entah apa yang dipikirkan gadis itu sampai-sampai dia tak bergeming memprhatikan langit sore itu. Munkin saja dia membayangkan sesuatu yang indah sehingga pandangannya hanya tertuju pada langit. Berjam –jam ia berbaring di atas batu itu,seolah –olah enggan untuk berpindah ataupun beranjak pergi dari pinggir sungai di tepi hutan itu. Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca dia terus memandangi langit sore itu dengan sedikit suara isakan tangis yang menyatu dengan suara gemericik air sungai dan kicauan burung-burung di tepi hutan.
    Dalam lamunan itu terdapat gambaran sesosok laki-laki bertubuh gempal dengan alis tebal dan pipi yang lumayan tembem yang bergandengan tangan dengan wanita cantik bermata bulat berambut hitam tergerai panjang  dengan badan yang proposional. Mereka saling melempar senyum dengan tatapan yang menggambarkan kecintaan mereka terhadap satu sama lain. Seakan tak memperdulikan orang-orang yang ada disekitar mereka saat ini, disana sebenarnya tidak hanya ada mereka berdua namun ada dua orang gadis perempuan dan satu orang pemuda. Namun dua sejoli itu hanya sesekali berbincang dengan ketiga orang tersebut, dua sejoli itu terus saja bermesraan tanpa memperdulikan orang-orang disekitar mereka. Salah satu dari gadis yang ada di lamunan itu adalah gadis yang saat ini berbaring di batu itu, bukan gadis yang bermesraan dengan pemuda itu namun gadis yang keberadaannya mungkin hanya sebagai penonton dua sejoli yang sedang di mabuk asmara. Lalu kenapa lamunan itu membuatnya menitihkan air mata? Jelas saja jawabannya karena gadis itu sebetulnya mencintai pemuda yang sedang bermesraan dengan gadis cantik tadi, namun dia hanya bisa mencintai dalam diam dan kejadian yang ada di lamunannya itu tadi benar-benar terjadi saat dia sedang berlibur bersama teman-teman akrabnya. Tujuannya ingin berlibur dengan teman-teman dan sekaligus ingin bertemu dengan pemuda yang dia cintai dalam diam itu,kebetulan juga pemuda itu adalah teman akrabnya.
    Lamunan itu terus membayangi  benaknya,tak terbayangkan bagaimana kalut pikiran dan hatinya,mungkin dengan menyendiri dan berbaring di batu pinggir sungai di dekat hutan membuatnya tenang melepas kesedihannya. Untuk beberapa jam dia hanya bisa menatap langit dengan tatapan kosong seakan hanya melihat birunya awan sore itu, hingga saat senja mulai muncul ia mulai beranjak dari lamunannya tadi dan memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Entah seberapa sakit hati gadis itu sampai-sampai ia hanya terdiam dengan sedikit isak tangis. Mungkin dengan lamunannya tadi dapat mengurangi kesedihannya dan memberikan ketenangan hati bagi gadis yang sedang patah hati itu. Dengan langkah kecil dia mulai meninggalkan sungai,langkah yang santai dengan wajah dengan guratan kesedihan gadis itu melewati pematang sawah. Warna orange pada langit terlihat indah di hamparan sawah yang hijau,sedikit pemandangan ini membuat kesedihan gadis itu berkurang. Sampai gelap tiba gadis itu sudah melangkah ke kampung dan mungkin sudah pulang kerumahnya.
    “Boleh bersedih... boleh menangis....boleh menyendiri sejenak... silahkan habiskan kesedihanmu dalam waktu yang cepat lalu bangkit kembali dan BAHAGIA ! “

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar