Suara
gemericik air yang beradu dengan hembusan angin dari sela pohon-pohon dipinggir
hutan membuat suasana semakin nyaman untuk memejamkan mata. Si sebuah batu
besar di tepian sungai terdapat sesosok wanita muda yang berbaring di atas batu
melihat ke arah langit biru yang dihiasi gumpalan-gumpalan awan putih yang tak
bernoda. Entah apa yang dipikirkan gadis itu sampai-sampai dia tak bergeming
memprhatikan langit sore itu. Munkin saja dia membayangkan sesuatu yang indah
sehingga pandangannya hanya tertuju pada langit. Berjam –jam ia berbaring di
atas batu itu,seolah –olah enggan untuk berpindah ataupun beranjak pergi dari
pinggir sungai di tepi hutan itu. Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca dia
terus memandangi langit sore itu dengan sedikit suara isakan tangis yang
menyatu dengan suara gemericik air sungai dan kicauan burung-burung di tepi
hutan.
Dalam lamunan
itu terdapat gambaran sesosok laki-laki bertubuh gempal dengan alis tebal dan
pipi yang lumayan tembem yang bergandengan tangan dengan wanita cantik bermata
bulat berambut hitam tergerai panjang
dengan badan yang proposional. Mereka saling melempar senyum dengan
tatapan yang menggambarkan kecintaan mereka terhadap satu sama lain. Seakan tak
memperdulikan orang-orang yang ada disekitar mereka saat ini, disana sebenarnya
tidak hanya ada mereka berdua namun ada dua orang gadis perempuan dan satu
orang pemuda. Namun dua sejoli itu hanya sesekali berbincang dengan ketiga
orang tersebut, dua sejoli itu terus saja bermesraan tanpa memperdulikan
orang-orang disekitar mereka. Salah satu dari gadis yang ada di lamunan itu
adalah gadis yang saat ini berbaring di batu itu, bukan gadis yang bermesraan
dengan pemuda itu namun gadis yang keberadaannya mungkin hanya sebagai penonton
dua sejoli yang sedang di mabuk asmara. Lalu kenapa lamunan itu membuatnya
menitihkan air mata? Jelas saja jawabannya karena gadis itu sebetulnya
mencintai pemuda yang sedang bermesraan dengan gadis cantik tadi, namun dia
hanya bisa mencintai dalam diam dan kejadian yang ada di lamunannya itu tadi
benar-benar terjadi saat dia sedang berlibur bersama teman-teman akrabnya.
Tujuannya ingin berlibur dengan teman-teman dan sekaligus ingin bertemu dengan
pemuda yang dia cintai dalam diam itu,kebetulan juga pemuda itu adalah teman
akrabnya.
Lamunan itu
terus membayangi benaknya,tak
terbayangkan bagaimana kalut pikiran dan hatinya,mungkin dengan menyendiri dan
berbaring di batu pinggir sungai di dekat hutan membuatnya tenang melepas
kesedihannya. Untuk beberapa jam dia hanya bisa menatap langit dengan tatapan
kosong seakan hanya melihat birunya awan sore itu, hingga saat senja mulai
muncul ia mulai beranjak dari lamunannya tadi dan memutuskan untuk meninggalkan
tempat itu. Entah seberapa sakit hati gadis itu sampai-sampai ia hanya terdiam
dengan sedikit isak tangis. Mungkin dengan lamunannya tadi dapat mengurangi
kesedihannya dan memberikan ketenangan hati bagi gadis yang sedang patah hati
itu. Dengan langkah kecil dia mulai meninggalkan sungai,langkah yang santai
dengan wajah dengan guratan kesedihan gadis itu melewati pematang sawah. Warna
orange pada langit terlihat indah di hamparan sawah yang hijau,sedikit
pemandangan ini membuat kesedihan gadis itu berkurang. Sampai gelap tiba gadis
itu sudah melangkah ke kampung dan mungkin sudah pulang kerumahnya.
“Boleh bersedih... boleh menangis....boleh menyendiri
sejenak... silahkan habiskan kesedihanmu dalam waktu yang cepat lalu bangkit
kembali dan BAHAGIA ! “